contoh cerpen bahasa indonesia

Sebut saja namaku Delon dan adikku Denis. kami berdua adalah Kakak
beradik yang kembar tapi kami saling menyayangi. Kami dari keluarga
terbilang miskin karena orangtua kami kerja jadi tukang sapu. Tapi kami
berdua senang karena kami punya orangtua yang pekerja keras dan kami
masih sama-sama. Itulah keluarga kami.
“Kak Delon, ada enggak sisa duit?” ucap Denis.
“Ada kok, sisa 15 ribu lagi, ada apa Dik?” kataku sambil jalan.
“Buat beli makanan Abi dan Ummi? mereka pasti cape habis kerja, kita beli nasi bungkus aja Kak?” Kata Denis sembari senyum.
“Boleh Dik, ide bagus, yuk kita beli?” kataku.
“Iya Kak.” kata Denis.
“Assalamualaikum?” kami masuk ke dalam rumah.
Tampak ummi ke
luar dengan wajah senyum memperhatikan kami.
“Waalaikumsalam, eh anak
Ummi dari mana?” kata ummi.
“Kami dari, beli makanan buat Ummi dan Abi? iya kan Denis?” kataku sambil duduk.
“Iya Ummi, kita beli makanan? maaf iya Ummi telat pulangnya,” kata Denis merayu.
“Ya sudah enggak apa Nak, yang penting kalian pulang, makasih iya Nak, belikan Ummi dan Abi,” kata ummi.
“Ya Ummi,” kami berdua tersenyum sambil memeluk ummi. Abi pun ke luar dari kamar sembari pasang kopiah.
“Ramai benar ini, enggak peluk Abi” kata abi menggoda. Kami bertiga tersenyum lalu mendekati abi dan kita berpelukan.
“Ummi, ada yang mau Abi bicarakan?” kata abi dengan wajah serius.
“Apa itu Abi? bicarakan saja?” kata ummi tersenyum.
“Kita kan belum bayar uang rumah 4 bulan bagaimana ini, uang saja enggak
cukup Ummi, nanti pemilik rumah tambah marah, kita kan harus bayar 800
ribu,” kata abi dengan wajah sedih.
“Abi, ummi juga kepikiran
soal itu, tapi kita sudah berusaha kan, rezeki enggak ke mana Abi?
percaya sama Ummi, pasti kita dapatkan uang itu, Allah SWT maha pemberi
rizki Abi, seperti dalam hadits HR. Aththusi dijelaskan (Yar dzu
kullahul a’bda a’la kod riy hi’m tihi’ wa nah’matihi’) Allah memberi
rizki kepada hambaNya sesuai dengan kegiatan dan kemauan keras serta
ambisinya, itu dikaitkan kita Abi, jangan menyerah pasti ada jalan kita
harus kerja keras iya, tenang insya Allah uang itu akan terkumpul,” kata
ummi.
“Ya Ummi benar, Abi bisa tenang sekarang, makasih nasihatnya Ummi,” kata abi sembari senyum.
“Ya sama sama Abi,” kata ummi. Dri jauh Denis terdiam dan lari ke kamarku.
“Kakak Delon,” kata Denis dengan wajah sedih.
“Ada apa Dik? ayo cerita” kataku.
“Kak, Denis enggak ada maksud menguping tapi terdengar kalau Abi sama
Ummi perlu uang Kak 800 ribu, bayar rumah 4 bulan? gimana Kak?” kata
Denis menjelaskan.
“Kita bantu Ummi dan Abi, tapi diam-diam saja, kita kerja apa terserah
yang penting halal, tapi Dik Denis jangan cerita siapa pun, bisa kan?”
kataku.
“Siap Kak?” kata Denis seyum.
Kita pun kerja apa saja tanpa memberitahu ummi dan abi, kami kerja
menyucikan piring di warung, menjual koran keliling, menjual kue dari
warung, dan membantu orang angkat belanjaan dari pasar ke mobil,
kendaraan maupun becak.
“Alhamdulillah, Dik uangnya cukup 800 ribu,”
kataku tersenyum.
“Ya Kak benar?” kata Denis. Kami pun saling berpelukan.
Di rumah tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
“Buka pintunya?” ummi pun buka pintunya juga abi ke luar.
“Ada apa ini, Bu Kalsum?” kata ummi.
“Apa, apa? jangan sok pura-pura enggak tahu ya, kalian harus bayar uang
rumah sudah telat kalian? kalau enggak aku usir kalian?” katanya sambil
emosi.
“Sabar Bu, kami juga sedang usaha, tolong berikan keringanan iya Bu, kami pasti bayar,” kata abi.
“Keringanan apaan? sudah lama aku beri keringanan, mau jadi apa rumahku?
rugi aku!! lebih baik kalian ke luar dari rumahku!! pergi!” mengusir
ummi dan abi.
Aku lalu berteriak, “Tunggu!” kataku.
Ummi dan abi kaget, “Dari mana Nak?” kata abi memandang kami.
“Kami cari uang? iya kan?” aku menoleh.
“Ya bener Abi,” kata Denis. Ummi dan abi tambah kaget.
“Ini uangya pas 4 bulan?” kataku.
“Nah, gitu dong.. kalian boleh di sini lagi.” pergi dan berlalu.
“Kenapa kalian?” kata ummi.
“Maafin kami iya Ummi, kami tahu kami salah, tapi kami ingin bantu Ummi dan Abi?” kataku.
“Ya Ummi, bener,” kata Denis.
“Tapi ini tugas Abi, Nak Delon dan Denis, tugas kamu Nak,” kata abi.
“Itu bener Nak,” kata ummi.
“Tapi kami enggak mau kita diusir Ummi,” kata Denis
“Itu benar Ummi, kalau kita enggak cepat-cepat cari kita bakal diusir, maafin kami ya Ummi?” kataku.
Abi dan Ummi tersenyum. “Kami bangga punya anak-anak saleh seperti kalian,” kata abi tersenyum.
“Ummi juga Nak, ke sini peluk ummi?” kata ummi.
Kami pun berpelukan dalam dekapan kasih sayang.
Terima kasih ya Allah atas rezekiMu dan kebahagiaan ini, aku senang banget.